Sarana Prasarana MA Darussalam Bengkulu Memprihatinkan
Ketua Komisi VIII DPR Ida Fauziah mengaku prihatin melihat Kondisi Madrasah Aliyah (MA) Pondok Pesantren Darussalam. Pasalnya belum pernah sedikitpun tersentuh bantuan dari pemerintah sehingga terlihat kondisinya memprihatinkan dan tidak layak.
"Saya sedih melihat kondisi kelas seperti ini, dan yang paling membuat saya prihatin para guru di ruangannya kekurangan kursi jadi kalau duduk bergantian,” kata Ketua Komisi VIII DPR RI, Ida Fauziah saat meninjau sekolah yang terletak di pinggiran kota Bengkulu, Senin (16/4/12).
Politisi Fraksi PKB ini menambahkan kondisi madrasah mengingatkannya pada anak-anak dari sekolah rusak di Provinsi Babel dalam film Laskar Pelangi. Ia berharap para santri di madrasah ini tetap punya semangat belajar seperti anak-anak dari Belitong walaupun kelasnya belum dapat diperbaiki. “Tetap semangat...,”jawab para santri yang memenuhi ruang pertemuan.
Sejak dibangun tahun 1980 Madrasah Aliyah (MA), Pondok Pesantren Darussalam, yang terletak di Desa Besar, Kota Bengkulu belum pernah memperoleh bantuan dari pemerintah. Kondisinya kelas bocor kalau hujan, plafon rusak sebagian ada yang ambruk, lubang besar diatas siswa dibiarkan menganga. Belajar pada saat hujan, para siswa harus pintar-pintar menyesuaikan posisi duduk agar tidak terkena tetesan air dari atap.
Tim Kunker Komisi VIII diantaranya Oheo Sinapoy (FPG), Ledia Hanifa (FPKS), Dewi Coryati (FPAN), Rukmini Buchori (FPDIP) terlihat mengamati beberapa ruangan dan berdialog dengan para siswa yang sebagian sedang menghadapi Ujian Nasional. Dalam kesempatan itu diserahkan bantuan untuk perbaikan kelas, serta kitab suci Al Quran dari Kementrian Agama.
Kepala Sekolah MA Darussalam Salikin Masud, mengatakan walaupun belajar dengan sarana yang terbatas, para santri tetap dapat meraih prestasi. Beberapa prestasi yang diraih sekolah dengan 191 murid ini diantaranya juara pidato bahasa Arab dan Inggeris se provinsi Bengkulu. Tingkat kelulusan UN 100 persen untuk jurusan IPA dalam 3 tahun terakhir, sedangkan jurusan IPS berkisar 95 – 97 persen.
Sebagian alumni ada yang dapat melanjutkan pendidikan ke jengang perguruan tinggi negeri atau swasta di Bengkulu dan Lampung. Salah seorang santri ada yang berhasil memperoleh bea siswa dari UGM Yogyakarta. “50 persen dari para santri yang sekolah disini berasal dari keluarga miskin ini dibuktikan dari surat yang ditandatangani kepala desa tempat mereka berasal,” imbuhnya.
Salikin berharap pemerintah dan DPR tetap dapat mendukung perbaikan sekolah yang dipimpinnya. Anggaran sangat diperlukan termasuk untuk memperbaiki kerusakan akibat gempa yang terjadi di Bengkulu tahun 2000 dan 2007 lalu. (iky)